(sebuah refleksi terhadap keberislaman kita)
oleh : Didik S. Harianto*
Pemberontakan terhadap penindas adalah kepatuhan terhadap Tuhan
(Blody Jack)
(Blody Jack)
Memang menarik bila tilik makna tersirat dibalik penyataan blody Jack dalam bukunya Eko Prasetyo (2005) “ menjadi Intelektual Progresif” menjadi sebuah idiom pergerakan bahwa “ penindasan sebuah keniscayaan yang harus dilawan maupun diberangus karena sesungguhnya itulah bentuk pembuktian ketaqwaan terhadap Tuhan ” Radikal sekali pernyataan Blody Jack mungkin realitas social yang bersentuhan dengan pribadinyalah yang melatarbelakangii pernyataannya itu. Ini seakan memberikan deskripsi terhadap kita bahwa seperti itulah hakikat sebuah ketaqwaan yang terejawantahkan dalam realitas kehidupan social.
Dalam kaitannya dengan perlawanan, Islam dalam banyak doktrinnya juga menekankan akan tradisi perlawanan. Perlawanan seperti apakah yang didoktrinasi islam dalam ajaran ajarannya, Sayyid Qutb salah satu ulama dan sastrawan islam mencoba menjelaskannya menurut beliau “islam adalah sebuah gerakan pemberontakan yang bertujuan menghancurkan setiap pola hubungan manusia yang menuhankan sebagian di atas sebagian lainnya. Sebab setiap hukum yang di dalamnya manusia dapat bertindak sewenang-wenang, bahkan ia sendiri menjadi sumber kekuasaannya tidak lain merupakan tindakan penuhanan manusia atas manusia lainya” dengan demikian jelas, bagi Qutb bahwa dokrtin perlawanan dalam islam adalah suatu bentuk peniadan terhadap kekafiran sosial.
Kalau islam begitu menekankan akan tradisi perlawanannya, lantas timbul pertanyaan kenapa di sebagian besar negara-negara islam justru tumbuh subur praktek-praktek penindasan dan kejahatan kemanusiaan? bahkan ironisnya para elit-elit penindas tersebut nota benenya adalah pemeluk ajaran islam dan yang lebih parahnya lagi ulama dan intelektual islam pun turut ambil peran dalam penindasan tersebut padahal para ulama dan intelektual tersebut harusnya menjadi tokoh dalam mengaktualisasikan ajaran-ajaran islam bukan menjadi bagian dari system tersebut.
Hal ini disebabkan dangkalnya pemahaman agama para ulama dan intektual islam yang hanya mampu memaknai islam sebagai sebuah agama ritus semata. Padahal esensi ajaran agama harusnya mampu menyentuh persoalan kemanusiaan.. Bagi Syariati ritus agama adalah sebuah komitmen social seperti yang di ungkapkannya ”shalat adalah sarana untuk menolak dan menghilangkan tindakan dan perilaku yang buruk dan jahat, juga mencegah korupsi dan segala macam bentuk kejahatan” sehingga menurut syariati ibadah yang tidak memiliki implikasi sosial hanyalah merupakan ibadah yang kosong tanpa makna.
Sehingga jelas bahwa tugas utama kaum muda islam adalah menyadarkan kembali fungsi dari para ulama dan intelektual islam yang kini telah menjadi bagian dari system penindasan tersebut, apabila para elit agama tersebut tidak sadar akan fungsinya maka mereka pun harus di berangus karena mereka sudah menjadi penindas itu sendiri, hal ini sejalan dengan pendapatnya soe hok gie yang mengatakan bahwa “musuh kita adalah orang-orang yang merasa benar dan tidak pernah mau di kritik sehingga perlu untuk di lawan ”.
Kaum muda islam sudah seharusnya menyadari tugas dan tanggung jawab yang diembannya dalam rangka menyatukan kedua komitmen yakni komitmen kebangsaan dan komitmen keumatan. Kedua komitmen ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena berbicara soal pemuda maka jelas disini berarti kita berbicara tentang tabggung jawab kebangsaan yang diemban dalam diri setiap pemuda dan aspek kedua yaitu islam berarti spirit ajaran islam telah terintegral dalam dirinya dan dapat di implementasikannya dalam kehidupan social.
Kenapa harus pemuda? Jawabannya karena di dalam diri pemuda tersimpan 3 kekuatan yaitu kekuatan fisik,kekuatan semangat dan kekuatan intelektual. Ketiga potensi yang dimiliki pemuda ini apabila di satukan maka akan menjadi sebuah kekuatan besar dan ampuh untuk melawan penindasan dan memberangus segala bentuk kezaliman social di muka bumi ini. Sehingga marselo mazzini pun menyatakan kekagumannya terhadap pemuda lewat puisinya “tempatkan pemuda mahasisiwa itu di tengah masa yang memberontak kau akan tahu kekuatan yang tersembunyi didalam barisan mereka.daya pesona apa yang melantun dari suara mereka atau massa itu, engkau akan melihat dari gabungan rasul-rasul untuk sebuah agama baru, karena pemuda mahasisiwa hidup di atas gerakan, tumbuh membesar di dalam gelora semangat dan keyakinan itu, maka tasbihkanlah tentang tanah air, tentang kejayaan tentang keperkasaan. Tentang kemenangan gemilang ” mungkin benar pendapat mazzini sehingga hal yang perlu di lakukan pemuda ialah bagaimana menyatukan barisan pemuda dalam satu aksi bersama untuk memerangi segala bentuk penindasan, pemuda harus senantiasa berada di garda terdepan dalam perlawanan terhadap penindasan dan kezaliman.
Inilah tugas dan tanggung jawab kita sebagai generasi muda islam akankah amanah ini dapat kita pikul dan kita laksanankan ataukah amanah ini hanya sekedar menjadi simbol-simbol social tanpa makna, semuanya berpulang pada kita mari kita refleksikan kembali makna hidup dan keberislaman, sudahkah amanah ini kita jalankan? Kalaupun belum lantas apa yang menyebabkan demikian jawabannya barangkali kita juga telah menjadi bagian dari system penindas tersebut wallahuallam.
* KABID PPPA HMI KOMISARIAT IPPERTATEK